1. Mengapa
parenteral hanya mengarah ke sediaan suntik?
Menurut History Parenteral Medication, parenteral adalah pemberian obat
yang tidak melalui usus dan dengan pengertian ini tentu termasuk juga cara
pemberian obat melalui mata, telinga, hidung, uretra, vagina dan kulit. Tetapi
menurut pengertian umum sekarang ini yang dimaksud dengan parenteral ialah
sediaan yang dimasukkan ke dalam tubuh melaui bawah kulit dengan pertolongan
sebuah jarum.
Menurut Ansel (2008; 399)
parenteral adalah sediaan dengan pemberian lewat sutikan, seperti berbagai
sediaan yang diberikan dengan suntikan.
Menurut Parrot (1980; 283) parenteral adalah sediaan
steril yang pemberiannya menembus satu atau lebih lapisan kulit.
Kesimpulan:
Berdasarkan berbagai defenisi di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa parenteral merupakan sediaan steril yang cara
pemberiannya menembus lapisan kulit melalui pertolongan sebuah jarum. Dengan
kata lain, cara pemberian dari sediaan parenteral yaitu melukai atau merobek
jaringan kulit. Jadi, sediaan farmasi yang termasuk parenteral ialah sediaan
injeksi dan infus. Adapun sediaan lain yang tidak melalui saluran pencernaan
seperti tetes mata, tetes hidung, dan salep mata tidak termasuk parenteral
karena cara pemberiannya tidak melukai atau merobek jaringan kulit. Sediaan ini
tergolong kedalam sediaan topikal.
2. Apakah
semua sediaan steril harus isotonis dan isohidris?
Tidak semua sediaan steril harus isotonis dan
isohidris, karena sifat isotinis dan isohidris tergantung dari stabilitas sediaan
dan zat aktifnya. Akan tetapi diharapkan dapat isotinis dan isohidris agar
apabila diinjeksikan kepada pasien tidak terasa sakit dan tidak terjadi
pertukaran cairan antara keduanya karena isotonis diartikan sebagai sediaan
yang memiliki tekanan osmotik yang sama dengan darah dan cairan tubuh lainnya
sedangkan isohidris diartikan sebagai sediaan yang pH nya sama dengan pH darah
dan cairan fisiologis lainnya.
3. Apakah
pembuatan NaCl fisiologis memerlukan bahan tambahan agar tonisitasnya sama
dengan darah?
Menurut
saya, dalam pembuatan NaCl fisiolgis tidak lagi memerlukan bahan tambahan lain
karena nilai tekanan osmotik dari larutan NaCl 0,9% b/v sama dengan tekanan
osmotik cairan tubuh.
4. Berapakah
pH mukosa dan pH cairan fisiologis tubuh?
Ø
Rentang
pH darah sangat sempit dan biasanya berkisar antara 7,35-7,45, dengan pH ideal
adalah 7,4.
Ø
pH
cairan mata yaitu 7,4.
Ø
Telinga
memiliki pH asam sekitar 5,0 – 6,0
Ø
pH
sekresi hidung orang dewasa antara 5,5 - 6,5 dan pH sekresi anak-anak antara
5,0 - 6,7
5. Apakah
semua sediaan steril harus bebas pirogen dan bagimana cara membebaspirogenkan
sediaan steril?
Menurut
saya, sebaiknya semua sediaan steril harus bebas pirogen terutama
sedian-sediaan parenteral dan inhalasi karena apabila pirogen terdapat dalam obat
parenteral dan disuntikkan ke pasien, dapat menyebabkan demam, menggigil, nyeri
di bagian punggung dan kaki, dan malaise. Meskipun reaksi pirogenik jarang yang
berakibat fatal, pirogen dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang serius dan,
sakit yang berlebihan, dan gejala shock-seperti sakit yang dapat berakibat
fatal. Intensitas respon pirogenik dan derajat bahaya dipengaruhi oleh kondisi
medis pasien, potensi pirogen, jumlah pirogen, dan rute administrasi
(intratekal yang paling berbahaya diikuti oleh intravena, intramuskular, dan
subkutan).
Depirogenasi
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara menginaktivasi dan menghilangkan
endotoksin.
a.
Depirogenasi
endotoksin dengan inaktivasi
1)
Hidrolisis
asam basa
Depirogenasi
menggunakan hidrolisis asam basa dapat menurunkan atau menghilangkan aktivitas
biologi dari lipopolisakarida bakteri dengan aktivasi lemak A. Lemak A adalah
rantai inti polisakarida atau asam-2-keto-3-deoksioktonat.
2)
Oksidasi
Pengetahuan
tentang inaktivasi endotoksin lewat oksidasi dapat ditemukan ketika Hanrd
melaporkan bahwa sel Salmonella thyposa menghilang
kemampuannya untuk menyebabkan demam ketika dicuci dengan H2O2.
3)
Alkilasi
Endotoksin
dilaporkan dengan bahan pengalkil seperti asam anhidrat dapat menurunkan
pirogenitas endotoksin.
4)
Perlakuan
dengan panas kering
5)
Perlakuan
dengan panas lembab
6)
Radiasi
ionisasi
7)
Poliniksin
B
8)
LAL
(Limolas Amobacyte Lisate)
b.
Depirogenasi
dengan penghilangan endotoksin
1)
Pembilasan
2)
Destilasi
3)
Ultrafiltrasi
4)
Reverse
osmose
5)
Karbon
aktif
6)
Daya
tarik elektrostatik dengan jalan modifikasi media
7)
Daya
tarik hidrofobik pada media hidrofobik
6. Bagaimana
perhitungan isotonis dan isohidris?
a.
Perhitungan
Isotonis
1)
Penuturan
Titik Beku
Penurunan titik beku dipakai untuk perhitungan isotonis berdasarkan
anggapan bahwa larutan isotonis mempunyai titik beku yang sama dengan titik
beku cairan tubuh.
W
= 0,52 - a
b
W = berat zat yang ditambahkan dalam gram supaya larutan
isotonis
a = penurunan titik beku air yang disebabkan oleh zat
terlarut dan didapat sebagai hasil kali penurunan titik beku yang disebabkan
oleh 1 % zat dan kadar obat Dalam larutan dinyatakan dalam berat per volume
b = penurunan titik beku air yang disebabkan oleh 1 % berat/' volume zat yang ditambahkan untuk mencapai isotonis.
Ø
Contoh :
Ephedrin HC1 0,5
Dextrosa anh qs ad isotonis
Aq ad 100 ml
a
= 0,165 X 0,5 = 0,08
b
= 0,1 ( penurunan titik beku air yang disebabkan
oleh 1 %
dextrosa)
Maka berat
dextrosa yang ditambahkan agar isotonis :
W = 0,52 - 0,08
0,1
=
4,4 gram
2)
Ekivalensi NaCI (E)
Ekivalensi NaCI (E) ialah:
sekian gram NaCI yang memberikan efek osmosa yang sama dengan 1 gram zat. Angka
ini berlainan untuk tiap-tiap zat.
3)
Kesetaraan
volume isotonic.
Perhitungan
didasarkan pada kenyataan bahwa larutan isotonic ditambahlarutan isotonic
hasilnya larutan isotonic.
Rumus : V = w x E x 111,1
V = volume larutan bahan obat isotonic yang dicari
(ml)
w = masa bahan obat (g) dan larutan yang dibuat
E = ekuivalensi natrium klorida
111,1 = volume larutan isotonic (ml) yang mengandung 1 gram
natriumklorida = 111,1 ml
4)
Grafik
Cara yang terbaik untuk
menghitung isotonis dengan mempergunakan grafik dengan metode Lund et al. Pada
grafik bisa langsung dibaca jumlah NaCl yang perlu ditambahkan per 100 ml,
untuk memperoleh larutan isotonis.
Grafik yang ada : Vit C, as
borat, adrenalin bitatrat, atropin sulfas, K benzil penisillin, Na benzil
penicillin dsb.
7. Bahan
Pembawa pada sediaan steril!
a.
Air
Untuk Injeksi (AUI)
Merupakan
pelarut yang paling banyak dan secara luas digunakan untuk pembuatan sediaan
steril. Dibuat secara khusus, dikumpulkan dan disimpan dengan persyaratan yang
telah ditetapkan (bebas pirogen). Syarat dari AUI adalah harus jernis, tidak
berwarna, tidak berbau, tidak beras dan mempunyai rentang pH 5-7.
b.
Pembawa
Non Air (Minyak)
Ada
obat yang tidak dapat larut dalam air akan tetapi larut dalam minyak seperti
steroid, vitamin (ADEK) dan hormon. Oleh karena itu digunakan minyak sebagai
pelarut. Minyak yang dimaksud adalah minyak tumbuhan murni seperti minyak
kacang, biji kapas, jagung dan wijen yang telah memenuhi standar tertentu terutama
jumlah asam bebasnya. Injeksi dalam minyak hnya boleh diberikan secara intra
muscular (i.m).
Syarat
minyak sebagai pembawa menurut USP dan FI yaitu:
1)
Minyak
yang digunakan adalah minyak tumbuhan asli
2)
Tidak
berbau dan tidak tengik
3)
Bebas
minyak mineral
4)
Bilangan
asam tidak kurang dari 0,2 dan tidaklebih dari 0,9
c. Pembawa/ Pelarut Lain
Propilenglikol,
polietilenglikol, alcohol dan gliserin biasanya bercampur dengan air yang
kadang-kadang digunakan sebagai pearut obat suntik.
Syarat-syarat
pelarut organic sebagai pembawa yaitu:
1)
Inert
secara farmakologi
2)
Dapat
bercampur dengan cairan tubuh
3)
Dapat
disterilkan
4)
Tidak
dipengaruhi oleh perubahan pH
5)
Cair
atau tetap cair pada temperature tubuh
8. Wadah
sediaan steril!
a.
Wadah
Gelas
Wadah gelas merupaka hasil peleburan
senyawa organik yang didinginkan tanpa mengalami kristalisasi. Umumnya terbuat
dari Kalsium Natrium silikat.
Penggolongan wadah gelas (I, II,
III u/ sediaan parenteral)
1)
Tipe
I (gelas borosilikat) : daya tahan kimia 10 x > baik, daya tahan cukup
tinggi, tahan terhadap produk alkali, karena kandungan Al2O3 yang
tinggi. Digunakan u/ vial, ampul badan alat suntik (syringe), infus set, alat
suntik sekali pakai.
2)
Tipe
II (gelas Natrium kalsium modifikasi). Bagian dalamnya dibebaskan dari alkali (dealkalisasi)
untuk memperoleh daya tahan kimia yang baik. Dengan perlakuan sulfur (SO2)H2SO4,
klorin atau HCl kemudian dipanaskan. Tujuan mengurangi jumlah Na+ sehingga
tak bereaksi dengan produk & meningkatkan stabilitas sediaan.
3)
Tipe
III (gelas Natrium kalsium)
4)
Tipe
NP : u/ non parenteral
b.
Wadah
Plastik
Bahan
utama dari berbagai bahan plastik yang digunakan untuk wadah adalah polimer
termoplastik; unit structural organic dasar untuk masing-masing tipe yang biasa
terdapat dalam bidang medis. Walaupun kebanyakan bahan plastic yang digunakan
dalam bidang medis mempunyai jumlah bahan tambahan yang relative rendah,
beberapa mengandung sejumlah pokok plastisator, pengisi, zat antistatis, anti
oksidan, dan bahan-bahan lain yang ditambahkan untuk tujuan khusus. Bahan-bahan
ini biasanya tidak terikat secara kimia, dan karenanya dalam formulasi bisa
saja berpindah keluar dari plastic dan masuk ke dalam produk pada kondisi
produksi dan penyimpanan. Dalam kemurniannya juga dijumpai perbedaan besar dari
polimer-polimer yang ada dalam perdagangan.
c.
Logam
Setiap
logam yang dapat dibentuk dalam keadaan dingin cocok untuk pembuatan tube yang
dapat dilipat, tetapi yang paling umum digunakan adalah timah (15%), aluminium
(60%), dan timbal (25%). Timah yang paling mahal, dan timbal yang paling murah.
Karena timah paling mudah dibentuk, maka tube-tube kecil seringkali dibuat dari
timah yang lebih murah, meskipun biaya logamnya lebih tinggi. Lembaran timbal
yang diberi lapisan timah memberikan penampilan dan resistensi tehadap oksidasi
dari timah kemas dengan harga yang lebih rendah.
d.
Penutup wadah
1)
Penutup ampul
Ampul yang digunaka, sebelum ditutup
dilakukan diistomen atau dispul jika perlu, yaitu dialirkan uap air, yang akan
membilas ke bawah sisa-sisa tetesan larutan obat suntik, yang memungkinkan
menempel pada leher wdah
2)
Pentupan vial
Penyegelan wadah vial, tutup karet
harus cocok dengan mulut wadah, serta cukup tertutup rapat untuk menghasilkan
wadah yang dapat disegel dengan rapat. Untuk penutupnya dilakukan dengan cara
manual dengan menggunakan pinset steril.
1 komentar:
Dapusnya mana mbak ? Setiap teori gag ada sitasinya mbak ?
Posting Komentar